Sabtu, 09 Mei 2015

Membuka Jalan ke Surga

Nabi saw pernah ditanya tentang perbuatan yang banyak memasukkan orang ke dalam surga, begitu Abu Huroiroh ra meriwayatkan. Lalu Nabi saw menjawab, “Taqwa kepada Alloh dan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)

Di dalam hadits riwayat Ahmad, Rosululloh saw bersabda, “Barangsiapa memiliki tiga orang anak perempuan, kemudian ia mengasihi mereka, menyayangi mereka, dan menanggung kebutuhan mereka, benar-benar wajib baginya surga.”

Ada yang bertanya, “Ya Rosul Alloh, jika hanya dua orang anak perempuan?”

Nabi saw bersabda, “Walaupun hanya dua anak perempuan.”

Jabir berkata, “Kemudian Nabi saw melihat pada sebagian orang. Andaikan ada yang mengatakan satu, sungguh Nabi akan mengatakan satu.” (HR. Ahmad)

Dari kedua hadits ini, ada yang bisa kita petik. Di antara perkara yang membuka jalan ke surga adalah taqwa kepada Alloh dan akhlak yang baik. Dalam berbagai hadits lain, kita melihat bahwa iman dan amal sholih, taqwa dan akhlak, sholat dan zakat, merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Tak sempurna sholat kecuali dengan membayarkan zakat bagi mereka yang telah terkena kewajiban zakat. Tidak sempurna iman kalau tidak disertai dengan amal sholih. Tidak disebut taqwa kepada Alloh kalau akhlaknya sangat buruk dan tercela, bahkan dalam keluarganya sendiri.

Sesungguhnya di antara jalan yang mengantarkan kita kepada surga adalah sifat penyayang dan ringan hati kepada setiap kerabat. Berkata Rosululloh saw dalam sebuah hadits, “Penghuni surga itu ada tiga. Pertama, penguasa yang berlaku adil, dapat dipercaya, dan berhasil dalam kepemimpinannya. Kedua, orang yang penyayang dan ringan hati kepada setiap kerabatnya. Ketiga, orang Islam yang menjaga dirinya dari melakukan perbuatan haram dan juga menjaga keluarganya.” (Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits yang panjang)

Dalam hadits yang baru saja kita baca, sifat penyayang dan ringan hati kepada setiap kerabat merupakan jalan yang mengantarkan kita kepada surga. Ada dua macam kerabat, yakni kerabat dalam hubungan hawasyi dan kerabat dalam hubungan furu’. Saudara kandung ―misalnya― termasuk hawasyi. Adapun anak, cucu, dan seterusnya merupakan kerabat dalam hubungan furu’.

Kita tidak memperdebatkan istilah dalam kesempatan singkat ini. Yang ingin saya tekankan adalah, marilah kita melihat bahwa sifat penyayang dan ringan hati dalam membantu setiap kerabat ―sebagaimana disampaikan oleh Nabi saw dalam hadits riwayat Muslim― merupakan sebab-sebab yang mengantarkan kita ke dalam surga. Jika kita ingin meraih ampunan dan kasih sayang Alloh, mendapatkan rohmat dan ridho Alloh, meraih keteduhan dan ketenangan, maka jalannya ―antara lain― adalah dengan menyayangi, menyantuni, dan ringan hati pada setiap kerabat kita. Kalau masing-masing kita memperhatikan kerabatnya dengan baik, insya Alloh setiap masalah akan terselesaikan segera sehingga tidak meluas menjadi persoalan masyarakat. Wallohu a’lam bishshowwab.

Firman Alloh swt dalam surat Ali ‘Imron menguatkan kita bahwa sifat penyayang yang menjelma dalam bentuk sikap pemurah, merupa-kan pembuka pintu surga. Alloh berfirman: Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa. (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Qs. Ali ‘Imron [3]: 133-134)

Di dalam ayat ini, menafkahkan harta baik di waktu lapang maupun sempit merupakan bentuk taqwa. Ini sekali lagi menegaskan bahwa tidak ada taqwa, atau tidak dianggap bertaqwa seseorang yang menahan hartanya dan tidak memiliki sifat penyayang.

Semoga Alloh memasukkan kita dalam golongan ahli surga. Semoga hati kita semakin tergerak untuk membuka pintu-pintu surga.


Credit: “Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar