Senin, 04 Mei 2015

Hujan Terhalang Maksiat

Pada masa Nabi Musa as, Bani Isroil menderita kekeringan parah akibat hujan tak kunjung turun. Warga meminta Musa as untuk mendirikan sholat minta hujan. Beliau bersama kaumnya kemudian bangkit untuk mendirikan sholat minta hujan. Sejumlah besar warga menyertai Nabi Musa as dalam momen itu. Mereka berkumpul di sebuah tempat, lalu berdoa meminta hujan. Diantara isi doanya itu ialah, "Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rohmat-Mu dan kasihanilah kami." Akan tetapi, hujan tetap tak kunjung datang.

Musa kembali berkata, "Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkahan Nabi yang ummi yaitu Muhammad yang akan Engkau utus di akhir zaman." Kepada Nabi Musa as, Alloh Swt menurunkan wahyu-Nya yaitu, "Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku engkau mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi, bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama 40 tahun. Engkau harus menyerunya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini. Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kalian semuanya."

Menuruti apa yang diperintahkan Alloh Swt, Nabi Musa as berseru kepada kaumnya,
"Wahai seorang hamba yang durhaka yang secara terang-terangan melakukan maksiat sampai 40 tahun, keluarlah kamu dari barisan ini, karena engkaulah penyebab tidak turunnya hujan."

Mendengar seruan dari Nabi Musa as itu, maka orang yang durhaka itu melihat ke kanan ke kiri. Akan tetapi, ia tidak melihat seorang pun yang keluar dari rombongan itu. Di dalam hatinya ia berkata, "Jika aku keluar dari rombongan ini, niscaya akan terbukalah semua aibku, tapi bila aku tetap di sini bersama mereka, pasti hujan tidak akan diturunkan oleh Alloh."

Setelah berkata demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di balik bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukan sambil berdoa,
"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah durhaka kepada-Mu selama 40 tahun, walaupun demikian Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini."

Beberapa saat kemudian, awan gelap terlihat berkumpul di langit dan seiring dengan itu hujan pun turun dengan lebatnya.

Melihat keadaan demikian maka Nabi Musa as berkata, "Tuhanku, mengapa Engkau menurunkan hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorang pun yang keluar serta mengakui akan dosa-dosanya?"

Alloh berfirman, "Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kalian."

Nabi Musa berkata, "Tuhanku, perlihatkanlah dia kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu itu?"

Alloh berfirman, "Wahai Musa, dulu ketika ia durhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang Aku akan membuka aibnya itu sementara ia telah taat kepada-Ku?"

Kisah tersebut di atas memberikan pelajaran (ibroh) berharga kepada kita bahwa kemaksiatan atau dosa yang dilakukan oleh segelintir orang dapat menghalangi terkabulnya doa, termasuk ditahannya hujan dari langit. Begitulah pengaruh buruk dari berbuat maksiat.

Pengaruh buruk itu, kata Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, antara lain dapat menghalangi turunnya rezeki, menjauhkan pelakunya dengan orang baik, menyulitkan urusan, melemahkan hati, memperpendek umur, merusak akal, hilangnya rasa malu, berkurangnya nikmat, dan mendatangkan azab.

Karena itu, agar hujan tidak terhalang, selain dengan sholat Istisqo', hendaknya dibarengi dengan memperbanyak istighfar dan bertaubat. “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Hud [11]: 52). Wallohu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar