Pada masa Nabi
Musa as, Bani Isroil menderita kekeringan parah akibat hujan tak kunjung turun.
Warga meminta Musa as untuk mendirikan sholat minta hujan. Beliau bersama
kaumnya kemudian bangkit untuk mendirikan sholat minta hujan. Sejumlah besar
warga menyertai Nabi Musa as dalam momen itu. Mereka berkumpul di sebuah
tempat, lalu berdoa meminta hujan. Diantara isi doanya itu ialah,
"Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami
rohmat-Mu dan kasihanilah kami." Akan tetapi, hujan tetap tak kunjung
datang.
Musa kembali berkata,
"Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai
Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkahan Nabi yang ummi yaitu Muhammad yang
akan Engkau utus di akhir zaman." Kepada Nabi Musa as, Alloh Swt
menurunkan wahyu-Nya yaitu, "Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di
sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku engkau mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan
tetapi, bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan
perbuatan maksiat selama 40 tahun. Engkau harus menyerunya supaya ia keluar
dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini. Orang itulah sebagai
penyebab terhalangnya turun hujan untuk kalian semuanya."
Menuruti apa yang
diperintahkan Alloh Swt, Nabi Musa as berseru kepada kaumnya,
"Wahai
seorang hamba yang durhaka yang secara terang-terangan melakukan maksiat sampai
40 tahun, keluarlah kamu dari barisan ini, karena engkaulah penyebab tidak
turunnya hujan."
Mendengar seruan
dari Nabi Musa as itu, maka orang yang durhaka itu melihat ke kanan ke kiri.
Akan tetapi, ia tidak melihat seorang pun yang keluar dari rombongan itu. Di
dalam hatinya ia berkata, "Jika aku keluar dari rombongan ini, niscaya
akan terbukalah semua aibku, tapi bila aku tetap di sini bersama mereka, pasti
hujan tidak akan diturunkan oleh Alloh."
Setelah berkata
demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di balik
bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukan sambil berdoa,
"Ya Tuhanku,
sesungguhnya aku telah durhaka kepada-Mu selama 40 tahun, walaupun demikian Engkau
masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan
ketaatan maka terimalah taubatku ini."
Beberapa saat
kemudian, awan gelap terlihat berkumpul di langit dan seiring dengan itu hujan
pun turun dengan lebatnya.
Melihat keadaan
demikian maka Nabi Musa as berkata, "Tuhanku, mengapa Engkau menurunkan
hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorang pun yang keluar
serta mengakui akan dosa-dosanya?"
Alloh berfirman,
"Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang
dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kalian."
Nabi Musa berkata,
"Tuhanku, perlihatkanlah dia kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu itu?"
Alloh berfirman,
"Wahai Musa, dulu ketika ia durhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka
aibnya. Apakah sekarang Aku akan membuka aibnya itu sementara ia telah taat
kepada-Ku?"
Kisah tersebut di
atas memberikan pelajaran (ibroh) berharga kepada kita bahwa kemaksiatan atau
dosa yang dilakukan oleh segelintir orang dapat menghalangi terkabulnya doa,
termasuk ditahannya hujan dari langit. Begitulah pengaruh buruk dari berbuat
maksiat.
Pengaruh buruk
itu, kata Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah, antara lain dapat menghalangi turunnya
rezeki, menjauhkan pelakunya dengan orang baik, menyulitkan urusan, melemahkan
hati, memperpendek umur, merusak akal, hilangnya rasa malu, berkurangnya
nikmat, dan mendatangkan azab.
Karena itu, agar
hujan tidak terhalang, selain dengan sholat Istisqo', hendaknya dibarengi
dengan memperbanyak istighfar dan bertaubat. “Mohonlah ampun kepada Tuhanmu
lalu bertaubatlah, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan
Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling
dengan berbuat dosa.” (QS. Hud [11]: 52). Wallohu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar