Sabtu, 09 Mei 2015

Menyempurnakan Nikmat

Kadang kekayaan tidak memberi apa-apa bagi pemiliknya kecuali keresahan dan kekhawatiran. Bertambahnya harta membuat mereka semakin sulit menemukan ketenteraman dan kesenangan yang benar-benar membawa kedamaian hati. Sebabnya, besarnya kekayaan tidak diimbangi oleh besarnya ridho dan yakin kepada Alloh swt.

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Malaikat Jibril (Ruhul Qudus) membisikkan dalam kalbuku, ‘Jiwa tidak akan mati sampai rezekinya sempurna. Maka bertaqwalah kepada Alloh dan berbaiklah dalam mencari rezeki. Sesungguhnya tidak akan mendapat apa-apa yang ada di sisi Alloh kecuali dengan ketaatan. Sesungguhnya Alloh menjadikan rasa tenteram dan kesenangan dalam keridhoan dan keyakinan, serta menjadikan keresahan (kekhawatiran) dan kesedihan dalam keraguan dan kemurkaan Alloh’.”

Apa yang dapat kita renungkan? Tidak ada kebaikan dalam kekayaan kalau tidak ada barokah di dalamnya. Kekayaan yang Alloh berikan dapat menjadi pintu kebaikan, ketenteraman, dan kesenangan yang hakiki bila Alloh jadikan semuanya penuh barokah.

Di antara barokah itu antara lain berupa tumbuhnya ketenteraman dan kesenangan. Ia hadir bersama dengan kekayaan kita apabila kita berada dalam keridhoan dan keyakinan. Wallohu a’lam bishshowwab.

Alloh swt berfirman, Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barokah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. al-A’rof [7]: 96)

Di bagian lain, Alloh juga berfirman, Dan bahwasanya jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak) untuk Kami berikan cobaan kepada mereka padanya. Barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat. (Qs. al-Jin [72]: 16-17)

Rezeki yang barokah akan mendatangkan kebaikan yang bertambah-tambah (ziyadatul khoir) dari Alloh swt. Ia memberi ketenangan, ketenteraman hati, dan kelapangan jiwa bagi pemiliknya. Bertambah-luasnya tempat tinggal memberinya keluasan hati pada tiap-tiap penghuninya, dan bukan membuat mereka merasa saling jauh satu sama lain.

Lawan barokah adalah laknat, kata Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam Jawabul Kafi. Selanjutnya, ia menerangkan, “Setiap yang dilaknat oleh Alloh baik suatu tempat, seseorang, atau perbuatan, maka ia terjatuh dari kebaikan dan barokah. Hal-hal yang terkait dan berhubungan dengannya atau jalan menuju sesuatu yang dilaknat, maka semua itu tidak mendapat barokah. Alloh telah melaknat musuhnya, iblis, dan menjadikannya sebagai makhluk terjauh dari-Nya. Maka semua yang sejalan dan searah dengan iblis adalah terlaknat oleh Alloh tergantung tingkat jauhnya.”

Ibnu Qoyyim al-Jauziyah menambahkan, “Perbuatan maksiat adalah faktor terbesar yang menghapus barokah usia, rezeki, ilmu, dan amal. Setiap waktu yang Anda gunakan untuk maksiat kepada Alloh, setiap harta, fisik, kedudukan, ilmu, dan amal yang Anda gunakan untuk maksiat kepada-Nya, maka sebenarnya semua bukan milik Anda. Usia, harta, kekuatan, kedudukan, ilmu, dan amal yang merupakan milik Anda sebenarnya adalah yang digunakan untuk melakukan ketaatan kepada Alloh.”

Dari beberapa penjelasan ini, ada yang bisa kita petik. Atas setiap nikmat yang kita terima, ada perkara-perkara yang dapat membawa kepada barokah dan kebaikan. Dengan itu, kita menyempurnakan nikmat. Sebaliknya, ada yang bisa kita telusuri sebab-sebabnya bila bertambahnya kekayaan, justru menyempitkan hati, meresahkan jiwa, dan menjauhkan kita dari rasa tenteram.


Credit: “Mencari Ketenangan di Tengah kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar