Kadang kekayaan tidak memberi
apa-apa bagi pemiliknya kecuali keresahan dan kekhawatiran. Bertambahnya harta
membuat mereka semakin sulit menemukan ketenteraman dan kesenangan yang
benar-benar membawa kedamaian hati. Sebabnya, besarnya kekayaan tidak diimbangi
oleh besarnya ridho dan yakin kepada Alloh swt.
Dalam sebuah hadits disebutkan,
“Malaikat Jibril (Ruhul Qudus)
membisikkan dalam kalbuku, ‘Jiwa tidak akan mati sampai rezekinya sempurna. Maka
bertaqwalah kepada Alloh dan berbaiklah dalam mencari rezeki. Sesungguhnya
tidak akan mendapat apa-apa yang ada di sisi Alloh kecuali dengan ketaatan.
Sesungguhnya Alloh menjadikan rasa tenteram dan kesenangan dalam keridhoan dan
keyakinan, serta menjadikan keresahan (kekhawatiran) dan kesedihan dalam
keraguan dan kemurkaan Alloh’.”
Apa yang dapat kita renungkan?
Tidak ada kebaikan dalam kekayaan kalau tidak ada barokah di dalamnya. Kekayaan
yang Alloh berikan dapat menjadi pintu kebaikan, ketenteraman, dan kesenangan
yang hakiki bila Alloh jadikan semuanya penuh barokah.
Di antara barokah itu antara lain
berupa tumbuhnya ketenteraman dan kesenangan. Ia hadir bersama dengan kekayaan
kita apabila kita berada dalam keridhoan dan keyakinan. Wallohu a’lam bishshowwab.
Alloh swt berfirman, Jika sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka barokah dari
langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami
siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs.
al-A’rof [7]: 96)
Di bagian lain, Alloh juga
berfirman, Dan bahwasanya jika mereka
tetap berjalan lurus di atas jalan itu (Islam), benar-benar Kami akan memberi
minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak) untuk Kami berikan
cobaan kepada mereka padanya. Barangsiapa yang berpaling dari peringatan
Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat. (Qs. al-Jin [72]: 16-17)
Rezeki yang barokah akan
mendatangkan kebaikan yang bertambah-tambah (ziyadatul khoir) dari Alloh swt. Ia memberi ketenangan, ketenteraman
hati, dan kelapangan jiwa bagi pemiliknya. Bertambah-luasnya tempat tinggal
memberinya keluasan hati pada tiap-tiap penghuninya, dan bukan membuat mereka
merasa saling jauh satu sama lain.
Lawan barokah adalah laknat, kata
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah dalam Jawabul
Kafi. Selanjutnya, ia menerangkan, “Setiap yang dilaknat oleh Alloh baik
suatu tempat, seseorang, atau perbuatan, maka ia terjatuh dari kebaikan dan
barokah. Hal-hal yang terkait dan berhubungan dengannya atau jalan menuju
sesuatu yang dilaknat, maka semua itu tidak mendapat barokah. Alloh telah
melaknat musuhnya, iblis, dan menjadikannya sebagai makhluk terjauh dari-Nya.
Maka semua yang sejalan dan searah dengan iblis adalah terlaknat oleh Alloh
tergantung tingkat jauhnya.”
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah
menambahkan, “Perbuatan maksiat adalah faktor terbesar yang menghapus barokah
usia, rezeki, ilmu, dan amal. Setiap waktu yang Anda gunakan untuk maksiat
kepada Alloh, setiap harta, fisik, kedudukan, ilmu, dan amal yang Anda gunakan
untuk maksiat kepada-Nya, maka sebenarnya semua bukan milik Anda. Usia, harta,
kekuatan, kedudukan, ilmu, dan amal yang merupakan milik Anda sebenarnya adalah
yang digunakan untuk melakukan ketaatan kepada Alloh.”
Dari beberapa penjelasan ini, ada
yang bisa kita petik. Atas setiap nikmat yang kita terima, ada perkara-perkara
yang dapat membawa kepada barokah dan kebaikan. Dengan itu, kita menyempurnakan
nikmat. Sebaliknya, ada yang bisa kita telusuri sebab-sebabnya bila bertambahnya
kekayaan, justru menyempitkan hati, meresahkan jiwa, dan menjauhkan kita dari
rasa tenteram.
Credit:
“Mencari Ketenangan di Tengah kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar