Mungkin kedengaran aneh dan janggal.
Fakta ini dikisahkan Doktor Sholeh,
seorang pengajar di sebuah Perguruan Tinggi Islam di Saudi saat ditugaskan ke
Inggris. Ada seorang perempuan tua yang biasa mencuci pakaian para mahasiswa
Inggris termasuk pakaian dalam mereka.
Tidak ada sisi menarik pada wanita ini,
tua renta, pegawai rendahan dan hidup sendirian. Setiap kali bertemu dia selalu
membawa kantong plastik berukuran besar yang terisi penuh dengan pakaian kotor.
Untuk pekerjaan kasar seperti ini, penghuni rumah jompo ini terbilang cekatan di
usianya yang sudah terbilang uzur. Di Inggris, masyarakat yang memiliki anggota
keluarga lansia biasanya cenderung memasukkan mereka ke panti jompo. Dan tentu
saja keadaan miris ini harus diterima kebanyakan para orangtua dengan besar
hati agar tidak membebani anak mereka. Namun di tengah kondisi seperti itu,
sepertinya tidak membuat kecil hati tokoh kita ini yang justru begitu getol
mengisi hari-harinya bergelut dengan cucian kotor.
Wanita baya itu lebih suka dipanggil
auntie atau bibi. Dia sudah bekerja sebagai petugas laundry hampir separuh
usianya. Beruntung baginya masih ada instansi yang bersedia mempekerjakan para
manula.
“Aku merasa dihargai meski sudah tua.
Lagipula, orang-orang seperti aku ini sudah tidak ada yang mengurus, kalau
bukan diri sendiri. Anak-anakku sudah menikah dan tinggal bersama keluarga
mereka masing-masing. Suamiku sudah meninggal. Walaupun anak-anak suka
menjenguk, tapi aku tetap ingin punya kegiatan sendiri untuk mengisi masa tua,”
ujarnya
“Bukan untuk kerja yang berat memang, tapi
setidaknya, selain menambah penghasilan juga mengisi hari tua. Mungkin itu
lebih baik daripada harus tinggal diam di panti jompo,” ujarnya lagi dengan
wajah sendu.
“Sedih juga kalau harus tinggal sendirian.
Seperti seorang temanku. Dia juga dulu bekerja sebagai petugas laundry
bersamaku. Sampai akhirnya, anak perempuan satu-satunya menikah. Namun setelah
menikah, anak perempuannya itu tidak pernah menghubunginya,” bibi berkisah.
Bagi sang Bibi profesinya sebagai petugas
laundry justru membuatnya lebih dekat dengan sepak terjang, liku-liku penghuni
asrama yang rata-rata adalah mahasiswa dari luar Inggris. Sang Bibi paham betul
kebiasaan para mahasiswa yang tinggal di asrama ini selain belajar sehari-hari,
adalah pergi clubbing sekedar “having fun”. Banyak asrama memiliki bar, cafĂ©,
ruang duduk untuk menonton televisi, ruang musik, dan fasilitas olahraga
sendiri.
Dan salah satu sisi negatif pergaulan
dengan orang Inggris adalah bila mereka sudah dekat botol miras, biasalah
mereka sampai benar-benar mabuk. Dan dapat dibayangkan kekacauan yang terjadi.
Muntah merata di sebarang tempat, kencing dalam celana, dan sebagainya. Inilah
perbuatan paling bodoh yang pernah dilakukan oleh manusia sejak terciptanya
minuman beralkohol. Bukan saja menghilangkan akal sehat, tetapi juga si pemabuk
akan merasa kelelahan dan sakit kepala yang teramat sangat (hangover).
Saat para penghuni asrama masih dibuai
mimpi karena kelelahan habis clubbing semalaman suntuk, tinggallah sang Bibi
memunguti pakaian kotor itu setiap hari. Dan terkadang harus diangkut dari
kamar, jauh sebelum mereka bangun dari tidur. Kemudian disortir dengan teliti
satu persatu berdasarkan jenis bahan, ukuran, warna, dan yang lebih spesifik
lagi dipisahkannya pakaian dalam dari yang lain. Begitu pekerjaan rutin itu
dilakukan dengan penuh dedikasi tinggi walau diujung usianya yang semakin
menua.
Waktu terus berjalan, sementara sang Bibi
tanpa putus asa terus bergelut dengan ‘dunia kotor’nya. Idealnya di penghujung
usianya itu seharusnya masa bagi seseorang menuai hasil kerja payahnya di masa
muda. Namun situasilah yang menyebabkan dia harus menanggung berbagai persoalan
hidup, maka sungguh itu merupakan masa tua yang tidak membahagiakan. Di dalam
kondisi yang sudah tidak mampu banyak berbuat, dia justru dituntut harus banyak
berbuat. Dalam kondisi produktivitas menurun, ia justru dituntut untuk
berproduksi tinggi.
Entah sampai kapan dia harus melakoni
pekerjaan itu. Maka sampailah suatu saat asramanya kedatangan penghuni baru
yaitu beberapa mahasiswa muslim dari Timur Tengah yang mendapat tugas belajar
dari negaranya. Mereka sudah terdaftar akan menempati salah satu kamar di
asrama tempat sang Bibi bekerja.
Bagi kebanyakan pelajar Timur Tengah,
sangat langka memilih tinggal di asrama. Mereka biasanya membeli rumah atau
flat yang sudah disesuaikan untuk menampung kelompok kecil siswa, pasangan atau
keluarga. Ada juga beberapa pemilik tempat perorangan mengijinkan rumah-rumah
mereka dikelola dan disewakan.
Tinggal di asrama merupakan cara terbaik untuk
bertemu orang-orang baru dan menjalin persahabatan yang langgeng. Inilah salah
satu pertimbangan mereka memilih tinggal di asrama. Kesadaran inilah yang
menepis kekhawatiran akan terjadinya gegar budaya atau “cultural shock”.
Hidup dalam komunitas non muslimlah justru
kita dituntut untuk membuktikan nilai-nilai Islam yang tinggi ini sebagai
sebuah solusi bagi manusia. Tentunya ini adalah pekerjaan dakwah yang merupakan
tanggungjawab setiap muslim dimana saja berada. Dengan tetap menjaga
keistimewaan kita sebagai muslim yaitu kesholihan.
Hari-hari terus berlalu, tampaknya si Bibi
ini betul-betul perhatian dengan apa yang dicucinya. Sampai-sampai dia tahu ini
pakaian si A, ini si B dan seterusnya. Tidak terkecuali dengan pakaian kotor
milik mahasiswa dari Timur Tengah tadi. Namun saat dilakukan sortir pakaian
dalam, si Bibi merasa ada sesuatu yang tidak biasa, karena dari semua pakaian
yang dicucinya, hanya pakaian Muslim Arab saja yang terlihat tidak kotor, tidak
berbau, tidak kumuh, dan tidak banyak noda dipakaiannya.
Kejadian langka ini semakin mendorong rasa
penasaran si Bibi. Lagi-lagi pencuci pakaian di asrama ini selalu merasa aneh
saat mencuci celana dalam mereka. Berbeda dengan yang lain, kedua pakaian dalam
mereka selalu tak berbau.
Maka masih dalam keadaan penasaran, si
Bibi memutuskan bertanya langsung dengan ‘pemilik celana dalam’ itu. Saat
ditanya kenapa, dua orang ini menjawab, “Kami selalu istinja' setiap kali
kencing.” Pencuci baju ini bertanya lagi, “Apakah itu diajarkan dalam agamamu?”
“Ya!” jawab dua orang pelajar muslim tadi.
Merasa belum yakin 100 persen dengan
jawaban itu, akhirnya si Bibi datang menemui salah seorang tokoh Muslim, yaitu
Doktor Sholeh– Pengajar di sebuah Perguruan Tinggi Islam di Saudi, saat
ditugaskan ke Inggris– Wanita tua ini menceritakan keheranannya selama bertugas
perihal adanya pakaian dalam yang ‘aneh’.
Ada beberapa pakaian dalam yang tidak
berbau seperti kebanyakan mahasiswa umumnya, apa sebabnya? Maka ustadz ini
menceritakan karena pemiliknya adalah Muslim, “Agama kami mengajarkan bersuci
setiap selesai buang air kecil maupun buang air besar, tidak seperti mereka
yang tidak perhatian dalam masalah seperti ini.”
Betapa terkesan ibu tua ini jika untuk hal
yang kecil saja Islam memperhatikan, apatah lagi untuk hal yang besar, pikir
pencuci baju itu. Dan tidak lama kemudian ia mengikrarkan syahadat, masuk Islam
dengan perantaraan pakaian dalam!
Tidak disangka ternyata diam-diam si
tukang cuci masuk Islam, gemparlah para mahasiswa yang tinggal di asrama
tersebut yang kebanyakan adalah non muslim. Mereka berusaha ingin tahu sebab
musabab si Bibi masuk Islam. Dia menjawab dengan yakin bahwa dirinya sangat
kagum dengan kawan Muslim Arab ini. Karena dari semua pakaian yang dicucinya,
hanya pakaiannya sajalah yang terlihat tidak macam-macam. Dan dengan hidayah
Alloh Swt, dirinya dapat membedakan antara pakaian seorang Muslim dan non
muslim.
Hidayah memang bisa datang kapan saja dan
pada siapa saja. Selama ini mungkin kita lebih sering mendengar masuk Islamnya
seorang non muslim ke dalam Islam lebih disebabkan pada hal-hal luar biasa dan
penting. Tapi yang ini benar-benar tidak biasa. Mendapat hidayah di penghujung
usia gara-gara pakaian dalam! Sungguh takdir Alloh benar-benar telah jatuh
berketepatan dengan kegigihannya selama ini mengisi hari-hari di sisa hidupnya
sebagai petugas laundry. Disinilah letak rahasia nikmat Alloh yang agung yang
mempertemukan antara takdirNya dan ikhtiar manusia. Sungguh Alloh tidak pernah
menyia-nyiakan amal seorang hambaNya.
Summary:
Ada beberapa pelajaran hidup dalam kisah
nyata di atas.
» Pertama, jangan pernah abaikan orang tua
saat mereka di usia senja lemah tak berdaya. Anak bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup mereka di masa tuanya. Menitipkan mereka di Panti Jompo
merupakan sebuah kezholiman besar, na'udzubillah. Rawatlah mereka di saat
mereka lemah, karena ketika mereka kuat telah banyak berkorban untuk
kelangsungan hidup kita.
“Kami perintahkan kepada manusia supaya
berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah
payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan
umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang sholih yang Engkau ridhoi;
berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya
aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri”.” [QS. Al-Ahqoof: 15]
» Kedua, setiap Muslim hendaklah hidup
bersih dan rapi sesuai perintah Alloh dan tuntunan Rosululloh shollallohu
‘alaihi wassalam. Jika kita bersih, kita nyaman. Jika kita nyaman, kita sehat.
Jika kita sehat, kita bahagia.
“Janganlah kamu sholat dalam masjid itu
selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid
Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di
dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan
sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bersih.” [QS. At-Taubah: 108]
“Siapa yang mengenakan pakaian hendaklah
dengan yang bersih.” [HR. Ath-Thohawi]
» Ketiga, hidayah itu murni datang dari
Alloh tanpa bisa dibendung kekuatan-Nya. Orang-orang beriman hanya sebagai
perantara dari bukti keindahan Islam dalam berbagai sendi kehidupan. Maka
jadilah muslim yang mukmin, kaffah dalam menjalankan perintah Alloh dan
Rosul-Nya.
“Alloh menyeru (manusia) ke Darussalam
(surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus
(Islam).” [QS. Yunus: 25]
“Jika mereka tetap berpaling, maka
sesungguhnya kewajiban yang dibebankan atasmu (Muhammad) hanyalah menyampaikan
(amanat Alloh) dengan terang.” [QS. An-Nahl: 82]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar