Sabtu, 09 Mei 2015

Engkau Belum Berbuat Baik

Tuhanmu telah berfirman! Kalau engkau ingin bertanya apakah dirimu sudah termasuk golongan mereka yang berbuat kebajikan, perhatikanlah kata-kata-Nya.

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke timur dan ke barat itu suatu kebajikan. Tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah keimanan kepada Alloh, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. al-Baqoroh [2]: 177)

Ketika turun ayat ini, sebagaimana diriwayatkan oleh perowi hadits yang enam, Abu Tholhah datang kepada Rosululloh saw dan berkata, “Alloh telah berfirman dalam kitab-Nya, Sekali-kali kalian tidak sampai kepada kebaikan yang sempurna sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai, sedangkan harta yang paling kucintai adalah kebun Bairoha, maka kebun itu kusedekahkan karena Alloh. Aku mengharapkan kebaikan dan simpanannya (pahala di akhirat) di sisi Alloh. Karena itu, pergunakanlah kebun itu, wahai Rosululloh, sekehendakmu.”

Rosululloh saw bersabda, “Bagus! Itu adalah harta yang menguntungkan. Itu adalah harta yang menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan mengenai kebun itu. Aku berpendapat, hendaknya kebun itu engkau berikan kepada para kerabatmu.”

Lalu Abu Tholhah membaginya kepada kerabat-kerabatnya dan anak-anak pamannya. Di antara mereka yang mendapatkan bagian itu adalah Ubay dan Hassan. Hassan menjualnya kepada Muawiyah, kemudian ditanyakan kepada-nya, “Engkau menjual sedekah Abu Tholhah?”

Dia menjawab, “Apakah saya tidak boleh menjual satu sho’ kurma dengan satu sho’ dirham?”

Kisah Abu Tholhah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam shohih-nya. Ada pelajaran yang perlu kita renungkan. Kita belum dihitung melakukan kebajikan apabila kita tidak pernah mengeluarkan sebagian dari apa yang kita cintai karena Alloh. Ini berarti ada harta di luar zakat yang harus kita keluarkan. Berzakat saja tidak cukup. Apalagi kalau zakat pun kita tidak mau mengeluarkan.

Kisah Abu Tholhah ini mengingatkan kita pada peristiwa ketika Fatimah binti Qoys bertanya kepada Rosululloh saw tentang zakat, beliau menjawab, “Sesungguhnya dalam setiap harta itu ada hak (orang lain) selain dari zakat.” (HR. Tirmidzi)

Belum berbuat kebajikan apabila kita mengeluarkan zakat setiap tahun, tetapi melupakan saudara-saudara yang ditimpa kemalangan atau menderita kekurangan. Sebelum berbicara tentang zakat, ayat di atas berbicara tentang perkara lain yang berkait dengan harta, yakni perintah untuk memberikan harta yang kita cintai kepada kerabat-kerabat kita, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan golongan lain yang berhak.

Berhaji setiap tahun tidak membawa kita pada kebaikan kalau kita masih membiarkan kerabat kita ditimpa kelaparan, sehingga hampir-hampir mereka melupakan agamanya. Ulurkanlah tanganmu untuk keluarga dekatmu, kerabatmu, dan anak-anak yatim.

Abu Huroiroh ra meriwayatkan bahwa Rosululloh saw bersabda, “Demi Tuhan yang telah mengutusku dengan hak, Alloh tidak akan memberi azab di hari Kiamat bagi orang yang menyantuni anak yatim dan lemah lembut dalam ucapannya. Menyantuninya karena keyatimannya dan kelemahannya (ketidakmampuannya). Tidak menyombongkan diri kepada tetangganya karena karunia Tuhan yang diberikan padanya. Wahai ummat Muhammad, demi Tuhan yang telah mengutusku dengan hak, tidak diterima sedekah seseorang jika saudara dekatnya membutuhkan bantuan keuangan, namun dia memberikan sedekah kepada orang lain. Demi jiwaku yang ada di Tangan-Nya, Alloh tidak akan melihat padanya pada hari Kiamat.” (HR. Imam Thobroni)

Ya, ada hak orang lain dalam harta kita di luar zakat. Ada yang lebih utama dari yang utama dalam setiap amal. Sungguh, engkau belum berbuat kebajikan kalau do’a-do’amu belum engkau ikuti dengan hartamu. Padahal Alloh berikan harta yang berlimpah kepadamu.

Jika menginfakkan sebagian dari yang kita cintai termasuk kebajikan, maka mengeluarkan zakat merupakan perintah yang tak bisa ditolak bagi orang yang telah terkena kewajiban. Zakat yang kita keluarkan bukanlah pemberian karena kemurahan hati, tetapi harta orang lain yang harus kita sampaikan kepada yang berhak. Ia adalah kotoran bagi kita. Kalau kita biarkan, akan merusak dan mendatangkan keburukan. Kalau kita keluarkan, dapat melahirkan kebaikan. Ada tanaman yang bisa tumbuh subur dan menghasil-kan buah yang manis untuk kita petik di hari Kiamat nanti. Sementara di dunia, kita meraih ketenangan dan ketenteraman.

Hari ini, sembari mengingat kembali tentang betapa sedikit yang sudah kita lakukan di bulan Romadhon, perkenankan saya untuk bertanya, “Sudahkah Anda mengeluarkan zakat dari harta Anda?” Kalau sudah, mudah-mudahan Alloh terima zakat itu sebagai ketaatan yang ikhlas kepada-Nya. Mudah-mudahan Alloh jadikan kebaikan yang bertambah-tambah. Kalau belum ―barangkali hari-hari kemarin perhatian Anda banyak tersita oleh kesibukan― marilah kita tunaikan segera kepada yang berhak menerima. Tak ada salahnya bila kita menyempurnakan dengan sedekah, sehingga kita termasuk orang-orang yang berbuat kebajikan.

Akhirnya, izinkan saya memohon maaf kepada Anda. Siapa pun yang pernah saya lukai, dengan kata-kata atau tindakan, mohon keikhlasannya memaafkan kesalahan saya. Kepada setiap guru yang saya ambil ilmunya, maafkanlah kesalahan-kesalahan saya. Kepada setiap yang pernah belajar kepada saya, maafkanlah bahwa saya belum bisa menjadi tempat belajar yang baik. Semoga Alloh menjauhkan kita dari keburukan kita sendiri.


Credit: “Mencari Ketenangan di tengah Kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar